Cerpen Renungan: Kesempurnaan Hidup Anugerah Tuhan
[Parokiminomartani.com] – Bagi si Dul membersihkan halaman dengan menyapu halaman dan menyiram tanaman sudah menjadi olah raga pagi. Berbeda dengan Tinul kalau olah raga ya jalan kaki atau lari santai keliling kampung pulang membawa belanjaan sayur, karena setiap olah raga sambil mampir beli sayur. “Wah tumben Nul hari ini wajahmu kelihatan segar seperti sayur-sayuran yang kamu bawa … kalau seperti itu setiap palang beli sayur pasti enak dilihat.”
Tinul: “Ya tergantung ketemu siapa pada saat belanja.”
Dul: “Mang tadi ketemu siapa Nul … kok sampai membawa efek yang menyegarkan bagimu di pagi ini?”
Tinul: “Lha iyalah Dul … ketemu orang yang sukses itu membuat kehidupan kita terasa indah.”
Dul: “Kalau ketemu orang yang selalu gagal berarti kehidupan kita tidak indah ya Nul?”
Tinul: “Sepertinya gitu Dul … masak kita akan mengatakan indah pada kegagalan.”
Dul: “Wah kalau gitu ukuran keindahan itu bergantung penilaian manusia ya … padahal nilai suatu tindakan kita manusia tak seindah dan tak seimbang dengan keagungan yang dianugerahkan GUSTI pada hidup kita. Maka tidaklah pantas kalau kita selalu menilai masih ada ketidaksempurnaan yang kita terima dalam hidup kita.”
Tinul: “Iya sih Dul.”
Dul: “Kalau nilai keindahan dan kesempurnaan itu berdasar pada nilai manusiawi kita, maka kasihan bagi mereka yang mengalami ketidaksempurnaan. Mereka akan kita nilai sebagai bukan sebagai anugerah yang agung dari GUSTI.”
Tinul: “Berarti kalau kita melihat Gombloh yang masih membangun pengharapan sama Meice tidak boleh kita katakan kegagalan ya Dul.”
Dul: “Wah kalau itu tanya Gombloh aja Nul … tapi Gombloh ya happy happy aja kok meski seperti itu.”
Tinul: “Waaah males … nanti malah nyuruh saya ngomong sama Meice … biarkan aja dia menikmati keagungan penantiannya … Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, 19 Februari 2018, Romo Andita)