Cerpen Renungan: Menerima dan Menghidupi Kehadiran Orang Lain
[Parokiminomartani.com] – Dengan teliti Gombloh mengerjakan tugas yang diberikan oleh pengurus kampung. Meski pekerjaan yang sederhana Gombloh ingin agar pekerjaannya itu menjadi berarti dan bernilai bagi banyak orang, maka dia tidak ingin ada satupun yang salah atau kurang dalam pekerjaan nya.
“Mbloh masih juga belum sarapan … ini waktunya jalan terus lho nanti telat masuk kantor kena semprot bawahannya lho,” Dul mencoba mengingatkan.
Gombloh: “Hhhhh … kamu ini aneh Dul … yang ada atasan nyemprot bawahan.”
Dul: “Benar Mbloh itu kalau bawahannya yang keliru atau atasannya yang semena-mena … lha kalau atasannya yang keliru kan sah-sah saja kalau bawahan nyemprot atasan … prinsip keadilan namannya .”
Gombloh: “Wis sak karepmu Dul … iki sebentar tak menyelesaikan kerjaan dari pengurus kampung.”
Dul: “Walaaah Mbloh … Mbloh itu kerjaan kan bisa dikerjakan nanti malam tidak harus sekarang.”
Gombloh: “Dul … meski ini kerjaan sederhana tapi sungguh bernilai bagi banyak orang lho … je ya harus dipersiapkan dengan baik.”
Dul: “Benar banget Mbloh … tapi kalau kita sadari dengan hati yang jernih … apapun tindakan dan perbuatan kita sebenarnya tetap hanya bernilai bagi diri kita sendiri. Tindakan dan perbuatan kita hanya akan bermanfaat bagi orang lain sejauh orang lain menerimanya dan menghidupinya. Maka menjadi suatu kesombongan jika kita merasa bahwa hidup kita telah banyak bermanfaat bagi banyak orang karena semuanya tetap akan kembali pada diri sendiri.”
Gombloh: “Iya Dul … iki wis rampung tak mangkat kerja saiki … Met pagi …. semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomatani, 20 Februari 2017, Romo Andita)