Cerpen Renungan: Ketika Harapan Tidak Sesuai Kenyataan
[Parokiminomartani.com] – Samblih lari terburu-buru Gombloh keluar dari kamar. “Dul … Dul … tadi siapa yang barusan ngobrol sama Tinul?” teriak Gombloh pada Si Dul yang lagi asyik beri makan burung.
Dul: “Weeh kok koyok ngoyak maling … kenapa Mbloh?”
Gombloh: “Waaah ora ngrungokke … tadi itu siapa yang bicara sama Tinul?”
Dul: “Waaah ora ngerti je Mbloh … tadi itu saya dengar memang Tinul ngobrol sama seseorang Mbloh … emang kenapa … penting ya … kalau penting tak kejar orangnya mumpung belum jauh … piye?”
Gombloh: “Ga usah Dul … aku cuma pingin tahu tadi itu siapa … kok suaranya seperti saya kenal.”
Dul: “Hhhhhhh … seperti suaranya si dia ya Mbloh.”
Gombloh: “Benar dia ya Dul … kenapa ga memberitahu dari tadi … kamu kan tahu bagaimana aku berharap bisa ketemu dia?”
Dul: “Wah ya sory bangiiiiiit Mbloh … aku ga tahu kalau kamu masih berharap je … aku kira sudah pupus pengharapannya.”
Gombloh: “Ya ga lah Dul … justru dengan adanya harapan itu yang membuat semangat untuk tetap bermimpi.”
Dul: “Bener itu Mbloh tetapi mempunyai harapan yang tinggi tidak akan membuat hidup kita terbang melayang demikian sebaliknya hidup tanpa harapan tidak akan membuat kita tengelam ditelan bumi. Kita masih tetap berpijak di atas tanah sebagai realitas yang tidak bisa hindari … jadi kamu harus bangun dari mimpi.”
Gombloh: “Benar Dul orang yang bahagia itu adalah orang yang sadar dan ikhlas menerima kenyataan.”
Dul memotong omongan Gombloh, “… itu ada Tinul coba tanya dia, siapa tadi yang bicara sama dia?”
Gombloh: “Nul … Sarinul … tadi siapa yang ngobrol sama kamu … kok suaranya seperti aku kenal banget.”
Tinul: “Waah maaf Mbloh seharusnya tadi aku memberitahu kamu karena dia itu spesial bagi kamu sebenarnya.”
Gombloh: “iapa Nul … Meice ya?”
Tinul: “Bukan Mbloh … mbak yu Prenjak!”
Dul: “Hhhhhhh … piye Mbloh tak kejarnya mbak yu Prenjak … lumayan lho Mbloh suarane koyok suarane Meice … lumayan sebagai pelipur harapan yang mengantung.”
Gombloh: “Ora sudi Dul … wis tak mangkat kerja … Met pagi … semoga Tuhan m,emberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, 23 Februari 2018, Romo Andita)