Cerpen Renungan: Khas
[Parokiminomartani] – Tinul dengan pelan-pelan dan hati-hati menyiapkan sarapan dengan menu yang menjadi permintaan si Dul. ” piye Nul…iso opo ora ngawe menu baru untuk sarapan….” tanya si Dul yang memesan masakan baru…”.
Tinul :” hmmmmm…..sabar ya Dul…lha ini baru pertama kali je aku masak seperti ini “.
Dul :” Hhhhh….sory ya Nul….lha kepengen je”.
Tinul :” ga apa Dul….santai aja…yang penting dicoba dulu…soal hasilnya enak atau tidak rasanya … pokoknya aku buat sesuai yang tertulis dalam resepnya…bahkan caranya akan aku sesuaikan dengan yang ada di tulisan itu…”.
Dul :” kira-kira enak apa ga ya Nul…”.
Tinul :” waaah kalau dilihat dari bahan- bahannya pasti enak Dul…tapi ga tahu lho kalau tanganku yang masak jadinya seperti apa”.
Dul : “kalau soal tangan yang masak aku percaya sama kamu Nul…dari pada tanganku yang ngerjakan ….hhhhhh….ini tangan spesialis mie instan…dan kopi tubruk..”.
Tinul :” hhhhhh…orang itu punya kekhasan masing-masing ya Dul…tapi bukan berarti itu perbedaan, kalau kita bisa menerima kekhasan itu dengan hati yang ikhlas kita pasti akan mampu memasuki dan menikmati kedamaian hidup….”.
Dul :” lha pasti itu Nul…asal kekhasan itu bukan menjadi sesuatu yang membuat kita merasa lebih baik atau lebih benar dari pada orang lain…”.
Tinul :” nah itu yang ga mudah Dul….karena biasanya orang menjadi sesikit besar kepala kalau merasa sedikit berbeda dg yang lain…”.
Dul :” hmmm…untuk kalau orang besar kepala itu bukan tukang ojek Nul…”.
Tinul :” kok tukang ojek Dul…”.
Dul :” …coba banyangkan kalau tukang ojek kan helmnya ga bisa dilepas…”.
Tinul :” berarti tukan ojek itu rendah hati lho…lha helmnya mudah dilepas kok…”.
Dul :” sak karepmu Nul….sing penting ge ndang mateng sarapane…”
Met pagi….semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Senin, 1 Juli 2019, Romo Andita)