Cerpen Renungan: Melangkah Dalam Kekuarangan
[Parokiminomartani] – Banyak barang yang dinilai berharga dikumpulkan oleh Gombloh. Satu persatu dibersihkan bahkan dibungkus kembali dengan rapi. ” Nul ada karsus yang tidak terpakai atau tidak ” tanya Gombloh pada Tinul yang masih sibuk di dapur.
Tinul :” kardus apaan Mbloh..”.
Gombloh :” kardus apa saja yang penting masih bisa dipakai untuk membungkus atau menyimpan barang…”.
Tinul :” lha kan di gudang banyak Mbloh…”.
Gombloh :” iya sih tapi besar-besar… lha yang aku butuhkan itu yang kecil-kecil…”.
Tinul :” untuk apa je Mbloh…”.
Gombloh :” untuk bungkus barang-barang yang masih punya nilai jual gitu…”.
Tinul :” lha mau dijual ya barang-barangnya Mbloh … terus dipakai untuk apa uangnya “.
Gombloh :” ya dipakai untuk modal usaha Nul… makin besar modalnya makin besar juga kemungkinan untuk dapat untungnya…gitu”
Tinul :” weleeeeh kalau itu ya biasa aja Mbloh…. meski belum tentu lho modal besar akan mendapat keuntungan besar ….sering kali juga rugi kalah ga hati-hati”
Gombloh :” kan sudah aku perhitungkan masak-masak Nul…”.
Tinul :” ngitung apa Mbloh… pasti yang kanu hitung juga termasuk untung besarnya tho…. ya kalau dapat ….kalau yang kamu dapat untungnya kecil piye…”.
Gombloh :” waah ya susah Nul….lha makanya itu harus cari modal banyak supaya dapat untung banyak …kalau modal kurang dan dikit ya jangan melangkah”.
Tinul :” hhhhhhh…. padahal Mbloh hanya mereka yang berani melangkah dalam kekurangan dan keterbatasan yang akan mampu menghargai hasil kecil meski hanya cukup digenggam oleh satu telapak tangan … maka orang-orang seperti inilah yang akan mampu selalu bersyukur dalam setiap usahanya..”.
Gombloh :” lha kalau ga punya modal piye Nul apa harus tetap melangkah…”.
Tinul :” ya tetap harus melangkahlah kan punya dengkul jadi modalnya ya modal dengkul … hhhhh seperti kamu itu…. kardus aja minta “.
Gombloh :” itu namanya manfaatin fasilitas Nul… memanfaatkan milik teman sebagai modal hhhhh….”
Tinul :” sak karepmu Mbloh ”
Met pagi …. semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Kamis, 7 Februari 2019, Romo Andita)