Cerpen Renungan: Menilai dengan Hati Tulus Ikhlas
[Parokiminomartani] – Pagi ini Si Dul kelihatan ceria tidak seperti biasanya, bahkan sambil bersiul dia menyiapkan sarapan pagi di ruang makan. Tinul yang melihat tingkah si Dul sedikit heran ” kamu ketempelan hantu dari mana Dul…. kok pagi ini kamu begitu happy…”
Dul :” ketempelan arwahhe mbah Sumeh…”.
Tinul :” huzzz… sembrono kamu itu… mbah Sumeh itu masih hidup lho….”.
Dul :” lha kan aku baru dari sana… makanya aku ketempelan arwahhe mbah Sumeh…”.
Tinul :” kalau kamu bilang arwahhe mbah Sumeh itu berarti mbah Sumeh sudah meninggal…. pamali ngomong gitu Dul …itu sama saja kamu angap mbah Sumeh sudah mati… ora sembarangan kalau omong”.
Dul :” lha kamu tanya aku ketempelan apa… ya aku jawab ketempelan arwahe mbah Sumeh… lha aku kan baru dari rumah beliaunya…”.
Tinul :” ya siapa tahu arwah-arwah gentayangan yang di pingir jalan…. emang kenapa kok pulang dari rumah mbah Sumeh kamu happy gitu”.
Dul :” ya happyblah Nul… kan tadi aku diajari piye carane hidup itu bisa selalu happy…”.
Tinul :” terus carane piye….”
Dul :” sabar ya Sarinul…. kata mbah Sumeh itu meski dia tidak bisa melihat tapi bisa tahu kalau aku itu lagi senang… katanya gini… mas Dul kok jenengan kelihatan bahagia sekali… kenapa mas … gitu … padahal kan mbah Sumeh buta ga bisa lihat kok bisa tahu”.
Tinul :” kan dia bisa merasakan Dul…. punyanya hati yang lebih peka merasakan dibandingkan hati kita “.
Dul :’ nah itu yang ingin aku katakan Nul…. karena tadi mbah Sumeh bilang…. jangan menilai sesuai dari apa yang kita lihat dan kita dengar tetapi nilailah dengan hati yang tulus ikhlas sesuatu yang kita terima dari mata dan telinga kita agar segala setuatu yang kita terima akan menjadi indah… gitu”.
Tinul :” oooooo alah… aku kira setan apa yang merasuk dalam tubuhmu…”.
Dul :” hhhhhhh…. ora mungkin ya setan masuk dalam tubuhku… lha setan lihat aku aja sudah takut kok….”.
Tinul :” termasuk Asih ya..”.
Dul :” ora ya… dia itu setan yang sudah merasuk dalam hidupku”.
Tinul :’ ngimpi…. tangi-tangi…”.
Met pagi….semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Selasa, 12 Februari 2019, Romo Andita)
foto: Maksimus Masan Kian