Cerpen Renungan: Menjaga Mulut
[Parokiminomartani] – Gombloh sampai berlari ketika mendengar orang teriak-teriak di pingir jalan yang tak lama kemuadia dia sudah kembali dengan senyum-senyum sendiri. Dul yang melihat Gombloh kembali langsung berkomentar :” hhhhhhh… baru lihat saja kok wis ketularan Mbloh….”.
Gombloh :” ketularan gundulmu kuwi….”.
Dul :” lha nyatane bubar mlayu terus pulang kok senyum-senyum sendiri… kamu lari karena ada orang teriak-teriak tadi tho … ternyata orang tidak waras tho … apa namannya tidak ketularan … bedanya kalau yang di jalan teriak-teriak sementara kamu hanya senyum-senyum sendiri….”
Gombloh :” lha piye ora nguyu Dul… tak kira ono wong pada berkelahi je… ternyata hanya orang tidak waras memarahi boneka yang digendongnya…”.
Dul :” hhhhhhh… aku bisa omong kalau kamu ketularan karena aku pernah lihat dan mendengar teriakan-teriakan itu Mbloh …ternyata orang tidak waras “.
Gombloh :” lha mesti wae sing keluar dari mulutnya pasti teriakan-teriakan lha ga waras gitu….”.
Dul :” hhhhhh… mulut dan bibir kita itu tidak mengeluarkan apa-apa Mbloh… mulut dan bibir kita itu hanya menjadi alat untuk menyatakan dan menyuarakan apa yang ada dalam hati dan pikiran kita…”.
Gombloh :” makanya jangan mengeluarkan kata-kata yang menyerang dan menghina orang lain tapi buatlah bibir kita mengeluarkan kata-kata manis dan lembut yang merupakan luapan yang ada di dalam hati kita…”.
Dul :” tapi kalau kamu dengar suaranya mbakyu Prenjak itu hati siapa yang meluap-luap Mbloh … hhhhh”
Gombloh :” ya lambemu sing meluap luap ora cetho kuwi…”.
Dul :” terus kelanjutan dan efek kemarin ngantar pulang jalan kaki berdua itu gimana Mbloh”.
Gombloh :” mbohlah Dul…”.
Dul :” yang penting happy…. wkwkwkwk”
Met pagi…. semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minggu, 10 Maret 2019, Romo Andita)