Cerpen Renungan: Menyerahkan Semua Harapan Pada Tuhan
[Parokiminomartani.com] – Gombloh marah-marah dan ngomel sendiri tidak jelas saat keluar dari kamar. Dari dapur suaranya terdengar jelas dan membuat Si Dul langsung berlari mau melihat apa yang terjadi. “Weeeeh aku kira marah sama siapa ga tahunya ngamuk-ngamuk dewe ora jelas … ngopo je Mbloh,” tegur si Dul.
Gombloh: “Biasalah Dul … bocah sontoloyo sing neng kantor … setiap kali mengatakan iya tapi tidak dilakukan … dia mengatakan eeeh yang dilakukan B … katanya sudah berjanji tidak mau mengulang … lha ini malah dilakukan lagi … piye akhirnya aku juga yang repot.”
Dul: “Hhhhhhhhhh … namanya saja sontoloyo Mbloh … arahnya selalu berbeda dengan tanda yang ditunjukkan … kalau kamu berharap sesuai dengan apa yang yang diarahkan ya jelas ga mungkin … bukan sontoloyo namanya.”
Gombloh: “Ya iya sih … tapi kan kalau dipikirkan terus hati dan pikiran ini jadi penuh rasanya.”
Dul: “Ya ga usah dipikirkan biar ga penuh hati dan pikirannya … biar bisa mikir yang lain … contohnya mikir Meice … hhhhhhh.”
Gombloh: “Ora guyon tho Dul … iki serius ya.”
Dul: “Ini juga serius Mbloh … coba kamu pikirkan aja …ga usah pakai perasaan … biar entheng mikirnya … yang sontoloyo itu kan karyawannya … yang beri kerjaan dan mempercayakan kerjaan kan kamu … lha kalau sudah tahu dia sontoloyo terus kamu beri tanggungjawab dan dia ga bisa mewujidkan apa yang kamu harapkan ya jangan salahkan dia.”
Gombloh: “Tapi kan kasihan kalau ga ada kerjaan.”
Dul langsung memotong: “Mbloh … ora nganggu perasaan … hanya pikiran … ya kalau pakai perasaan yang kamu harus siap menerima hal Ikhwal yang tidak sesuai dengan hatimu.”
Gombloh: “Lha terus piye cara memberitahunya.”
Dul: “Ya dibalik perintahnya … kalau dia harus mengerjakan A … berarti perintahkanya kerjakan B.”
Gombloh: “Wah ya ga mungkin Dul.”
Dul: “Ya emang ga mungkin … karena yang mungkin melakukan perubahan hanya kamu sendiri … yang mungkin mengosongkan hati dan pikiranmu ya kamu sendiri bukan orang lain Mbloh.”
Gombloh: “Wah susah ya Dul.”
Dul: “Gampang Mbloh … caranya ya letakkan semua harapan hanya pada dirimu sendiri dan GUSTI jangan pada orang lain … seperti kamu meletakkan harapan untuk memiliki Meice itu lho … tidak memaksa Meice tapi juga menyerahkan pada GUSTI … sehingga meski hatimu penuh dengan kata Meice dan segala seluk beluknya Meice, hatimu tidak pernah terasa sesak Mbloh … selalu happy meski hanya pengharapan.”
Gombloh: “Sontoloyo kowe Dul … diajak omong serius jawabnya ga serius … podho wae … wis endhi kopi tubrukke.”
Dul: “eeeeh lha lali tho nak ngawe kopi … wis Met pagi…. semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita.” (Minomartani, Sabtu, 16 Juni 2018, Romo Andita)