Cerpen Renungan: Permintaan dan Pertanggungjawaban
[Parokiminoamartani.com] – Gombloh mulai menghitung apa-apa yang dibutuhkan untuk sehari ini dan mencoba mengkalkulasi dengan dana yang dibutuhkan untuk memenuhinya. “Waaah kurang dananya ini … bisa-bisa tekor hari ini,” guman Gombloh sambil kembali menghitung-hitung.
Dul: “Wiiiiiiih … orang kaya ini … sampai duit dijajar-jaiar di atasi meja,” sapa Si Dul yang tiba-tiba memecah kesunyian.
Gombloh: “Hmmmmm … bikin kaget aja kamu Dul … orang kaya gundulmu … ini lagi ngitung apakah dana yang kita punya cukup untuk kebutuhan kita sehari ini?”
Dul: “Lha cukup apa Ndak Mbloh?”
Gombloh: “Selama tidak ada pemasukan tambahan ya pasti tidak cukup Dul.”
Dul: “Kalau ga cukup kita ga bisa hidup dong Mbloh.”
Gombloh: “Ya tetap hiduplah … kan hidup mati yang menentukan GUSTI bukan soal cukup atau tidak dana kita untuk memenuhi kebutuhan kita sehari ini.”
Dul: “Ya udah kalau masih hidup … aku kira kalau kebutuhan kita tidak terpenuhi gara-gara dana kita kurang dan tidak cukup terus kita akan mati hari ini.”
Gombloh: “Ya galah Dul … kita bertiga masih akan tetap hidup dan tidak akan berkurang suatu apapun … tetap sama.”
Dul: “Hhhhhhhhhh … selama kita hidup dan masih mampu meminta pasti kita selalu meminta pada GUSTI bahkan sampai detik mau menjemput kita masih akan tetapi meminta. Hanya kita kadang tidak menyadari bahwa ketika permintaan kita dikabulkan maka tanggungjawab besar pasti dituntut dalam hidup kita.”
Gombloh: “Iya sih Dul … emang yang tidak mudah itu mempertanggungjawabkannya apa yang sudah diberikan kepada kita.”
Dul memotong pembicaraan Gombloh: “Dan belajarlah untuk bertanggungjawab pada hal-hal yang sederhana dalam hidup kita Mbloh.”
Gombloh: “Benar itu Dul … karena kalau kita bisa bertanggungjawab pada hal kecil pasti akan mampu bertanggungjawab pada hal yang besar.”
Dul: “Lha sekarang tunjukkan pertanggungjawabanmu … mana kopi tubruknya … lha kok belum ada … katanya kamu yang janji mau buat lho.”
Gombloh: “O iya … hhhhhhh … sory-sory Dul … wis tak buat dulu.”
Dul: “Wis ora perlu … Tinul sudah membuatkan … wis selamat berpusing-pusing menghitung kebutuhan dan uangmu itu … kalau yang aku butuhkan sekarang kopi tubruk Mbloh.”
Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, Minggu, 3 Juni 2018, Romo Andita)