Cerpen Renungan: Rendah Tidak Jadi Sampah, Tinggi Tidak Jadi Bulan
[Parokiminomartani.com] – Ketika Gombloh sedang sarapan tiba-tiba Tinul datang sambil ngedumel. “Eit … eit … eit … ngapain Nul pagi-pagi sudah ngedumel seperti itu … bikin rejeki menjauh lho,” tanya Gombloh yang lihat muka Tinul yang kusut.
Tinul: “Hmmmmm … piye ga jengkel Mbloh setiap ke warung beli sayur pasti dengar si prenjak.”
Gombloh: “Maksudnya mbak yu Prenjak?”
Tinul: “Iya … siapa lagi kalau bukan dia … wis jan marakke mangkel neng ati tenan kok.”
Gombloh: “Lha memang kenapa Nul … dongen fiktif (gosip) lagi ya?”
Tinul: “Lha dongen fiktifnya itu sangat merendahkan orang lain … sepertinya dia itu yang paling benar dan paling suci … lha siapapun kita … bagaimanapun keadaan kita, udara yang kita hirup ya sama kok … ga mungkin beda.”
Gombloh: “Sabar Nul … ingat ketika kita direndahkan tidak akan menjadi sampah yang tidak berharga. Ketika kita disanjung tidak akan menjadi bulan yang indah di malam hari. Pembicaraan atau omongan orang lain tidak akan mengubah apapun dalam diri kita, mereka melihat dan menilai kita berdasar dari pengalaman dan suasana hati mereka yang tentunya tidak sama dengan realitas hidup kita … jadi kamu harus sabar.”
Tinul: “Aku ga apa-apa kok Mbloh … hanya kasian aja kalau cerita fiktif itu sampai pada telinga orang yang sebenarnya.”
Gombloh: “Lho … bukan cerita tentang kamu tho?”
Tinul: “Bukan Mbloh … ini tentang orang lain.”
Gombloh: “Tiwas ngoceh Nul … Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, 13 Februari 2017, Romo Andita)