Cerpen Renungan: Urip Gawe Becik lan Apik
[Parokiminomartani.com] – Mendengar pembicaraan Tinul dan Gombloh si Dul menjadi tertarik hanya sayangnya Gombloh sudah keburu berangkat kerja. “Lho Gombloh sudah berangkat kerja ya Nul?” tanya Dul.
Tinul: “Wah baru saja berangkat Dul … emang kenapa … kalau penting kejar aja paling belum jauh kok.”
Dul: “Ga penting kok … cuma tas tertarik tema pembicaraan kalian tadi.”
Tinul: “Tertarik pada apanya Dul … lha pembicaraan biasa sambil minum kopi.”
Dul: “Hhhhhh justru seringkali pembicaraan sambil ngopi itu yang kadang menjadi sangat bermanfaat Nul … tadi itu lho soal setiap bangun pagi.”
Tinul: “Ooooooo soal itu tho … lha kan emang kita itu akan menghargai sesuatu kalau sudah hilang dari kehidupan kita.”
Dul: “Nah benar itu Nul … kehidupan yang dianugerahkan pada kita sering kali tidak kita nilai sebagai yang sangat berharga … karena sudah biasa … kelihatanya sederhana tapi yang paling sangat berharga … coba nak wis mati … kabeh ora ono gunane.”
Tinul: “Makanya Dul jangan menilai remeh atau hina pada segala sesuatu yang ada di sekitar kita karena banyak hari-hari yang dianugerahkan pada kita diisi dengan mengumpulkan dosa jariyah, mengeluh, iri dengki, hujatan, dan fitnah kepada orang lain tak berkesudahan sebelum nafsu kita terpenuhi atau sampai orang menderita baru kita berhenti.”
Dul: “Atau malah kita yang dihentikan sama GUSTI Nul … alias mati.”
Tinul: “Hhhhhh … njuk durung sempet urip sing apek dan becik ya Dul … wis saiki sing penting urip ngawe becik dan apek.”
Dul: “Luwih apek dan becik saiki nak wis Ono sarapan Nul.”
Tinul: “Wis ngeleh ya Dul … neng ya masak disik Dul nak arep sarapan … met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, 21 Januari 2018, Romo Andita)