Cerpen Renungan: Keterbukaan dan Keikhlasan Hati
[Parokiminomartani.com] – Keluar dari kamar mandi si Dul langsung disambut berita oleh Tinul. “Dul … coba cepat keluar lihat mbak Karyo pagi-pagi sudah mukul sebatang bambu panjang lho.”
Dengan malas Si Dul menanggapinya, “Apa hebatnya Nul … itu sudah dilakukan mbak Karyo setiap pagi?”
Tinul: “Naaah itu hebatnya … setiap pagi memikul sebatang bambu yang ga ringan lho Dul … tapi dia masih kuat dan seger … coba kalau kamu?”
Dul: “Nul … masing-masing itu sudah ada bagiannya sendiri-sendiri … GUSTI pasti sudah memberikan kemampuan sesuai dengan bagiannya.”
Tinul: “Naaah itu yang aku maksudkan Dul … coba pikirkan orang seusia mbak Karyo mengangkat sebatang bambu yang panjang tapi masih kuat dan tidak ada keluhan sama sekali lho … bahkan selalu kelihatan bahagia dan damai … lihat wajahnya … rasanya adem dihati.”
Dul: “Naaah … ini yang harus kamu pelajari Nul … Kekuatan kita menjalani hidup ini bukan terletak pada kemampuan, kekayaan atau harta benda yang kita miliki, melainkan terletak pada keterbukaan dan keikhlasan hati kita dalam menerima proses kehidupan yang kita jalani … karena Mbah Karyo itu ikhlas menjalani kehidupannya makanya buat damai dan ayem di hati orang.”
Tinul: “Buat hatiku damai dan ayem ya Dul … sekarang kamu yang buat sarapan ya … aku tak mandi.”
Dul: “Ujungnya pasti memberikan beban di pundak ku.”
Tinul: “Ikhlas Dul … biar jadi berkat … met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, 22 Januari 2018, Romo Andita)