Cerpen Renungan: Kedok dan Kepalsuan Diri
[Parokiminomartani] – Melihat apa yang dilakukan oleh mbakyu Srogol memang sangat hebat dan istimewa tetapi kenapa tidak membuat hati orang lain merasa nyaman, bahkan sebaliknya membuat orang lain bertanya-tanya, termasuk Tinul…” Dul… Kasdulan… aku tak cerita tulung dirungokno ya…” pinta Tinul pada si Dul untuk mau mendengarkan apa yang dia rasakan.
Dul :” dengan sepenuh hatiku Nul….”.
Tinul :” mendengarkan itu dengan telinga Dul… bukan dengan hati…”.
Dul :” hhhhh… tahu ya Nul… maksudku aku dengarkan dengan senang hati…cerita apapun bahkan cerita yang jelek-jelek tetang hantupun akan aku dengarkan Nul…sok.. “.
Tinul :” ini bukan cerita tentang hantu Dul… aku itu hanya merasa kok banyak orang itu selalu gelisah kalau mbakyu Srogol itu melakukan sesuatu yang baik bahkan bisa dikatakan hebat… kok orang justru merasa gimana gitu…”.
Dul :” gimana gitu sing piye Nul… merasa ga senang gitu…”.
Tinul :” ya ga tahu… pokoknya ga nyaman gitulah…. padahal yang dilakukan itu baik lho Dul… tapi kok rasanya bisa ga nyaman ya “.
Dul :”…ini harus kamu ingat baik-baik lho Nul…. sekalipun banyak kebaikan dan kehebatan seseorang dalam tindakan maupun perkataannya tetapi kalau hal itu tidak dilandasi kedekatan dengan yang bersemayam atau tidak bersumber dari dalam hati nurani yang tulus ikhlas, perilaku baik dan hebat apapun dapat hanya jadi kedok atau kepalsuan dari diri seseorang…”.
Tinul :” ya itu masalahnya Dul…”.
Dul :” masalahnya bukan itu Nul… masalahnya sekarang ini kapan kamu akan mulai masak kalau dari tadi hanya mikir apa yang dilakukan mbakyu Srogol… itu sudah lewat Nul… yang pasti sekarang ini ada dua perut kosong yang menunggu untuk diisi…”.
Tinul :” dua gimana… ya tiga… terus perutku ga kamu hitung….”.
Dul :” hhhhhhh… aku kira kamu mau diet je… wis gek ndang masak Nul…”
Tinul :” sabar Dul… pada saatnya pasti akan siap di meja…”
Met pagi …. semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Senin, 4 Maret 2019, Romo Andita)
foto: Maksimus Masan Kian